Dalam penyuluhan tersebut, tim farmasi menjelaskan tentang analgesik, yaitu obat pereda nyeri yang terdiri dari tiga jenis: non-opioid, opioid, dan adjuvan. Selain manfaatnya, dijelaskan pula potensi efek sampingnya, seperti gangguan lambung, mual, sembelit, hingga kerusakan organ jika digunakan tanpa pengawasan dokter.
Pasien dan pengunjung diimbau untuk selalu menggunakan obat sesuai dosis yang diresepkan dan berkonsultasi dengan apoteker untuk menghindari efek samping serius.
Materi kedua membahas pentingnya kepatuhan dalam mengonsumsi antibiotik. Tim farmasi menekankan bahwa penggunaan antibiotik yang tidak sesuai, seperti menghentikan pengobatan sebelum waktunya, dapat menyebabkan resistensi bakteri. Resistensi ini membuat bakteri lebih sulit diatasi dan dapat memperburuk kondisi pasien. Pasien dan keluarga diingatkan untuk selalu mengikuti jadwal pengobatan yang direkomendasikan dokter guna memastikan efektivitas terapi.
Penyuluhan juga mencakup edukasi mengenai obat anti-tuberkulosis (TBC). Tim farmasi memberikan informasi mengenai efek samping obat TBC, seperti perubahan warna urin akibat Rifampisin, hingga gangguan pendengaran akibat Streptomisin. Pasien diajak untuk mengenali gejala TBC, seperti batuk berdahak berkepanjangan, demam, dan penurunan berat badan, serta mendukung pengobatan dengan pola hidup sehat, menjaga kebersihan, dan mengatur pola makan bergizi.
Melalui kegiatan ini, RSUD Kabupaten Tangerang berharap dapat meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pemahaman aturan penggunaan obat, sehingga pasien dapat terhindar dari risiko komplikasi atau efek samping yang tidak diinginkan.
>Hnd
Sumber : Instragram RSUD Kabupaten Tangerang
0 Komentar